Agama Islam, sebagai ajaran yang holistik, tidak hanya menekankan dimensi spiritual dan ritual ibadah semata, tetapi juga memberikan pandangan dan pedoman terhadap kehidupan manusia dalam konteks alam semesta. Namun, sayangnya, terdapat kekeliruan dalam memahami agama Islam, di mana sebagian orang terkadang cenderung mengabaikan aspek keberlanjutan dan tanggung jawab manusia terhadap lingkungan. Mereka cenderung memisahkan dimensi kehidupan sehari-hari dari nilai-nilai agama, tanpa menyadari bahwa alam semesta juga merupakan bagian dari penciptaan Allah yang membutuhkan perhatian dan kepedulian.
Pertama-tama, penting untuk mencatat bahwa Qur'an, sebagai sumber utama petunjuk dalam Islam, tidak hanya membahas masalah ibadah ritual, tetapi juga secara jelas memberikan wawasan dan peringatan tentang alam semesta. Allah menegaskan keberadaan-Nya sebagai Pencipta dalam banyak ayat, dan manusia diajak untuk merenungi dan memahami tanda-tanda kebesaran-Nya yang tercermin dalam alam semesta.
Salah satu ayat yang menyoroti kebesaran Allah dalam menciptakan alam semesta dapat ditemukan dalam Surat Al-Baqarah (2:164): "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." Dengan demikian, Allah mengajak umat-Nya untuk berpikir dan merenung atas keindahan dan keharmonisan alam semesta yang merupakan bukti kekuasaan-Nya.
Namun, kekeliruan muncul ketika sebagian individu memahami Islam secara terbatas, terfokus hanya pada ritual ibadah tanpa memperhatikan dimensi lingkungan. Ada pemahaman yang keliru bahwa memusatkan perhatian pada alam semesta atau lingkungan adalah tindakan sekunder yang tidak memiliki dampak signifikan dalam kehidupan beragama. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpedulian terhadap pelestarian lingkungan dan pencemaran ekologis.
Allah dalam Qur'an juga menekankan tanggung jawab manusia sebagai khalifah (pemimpin) di bumi, yang diamanatkan untuk menjaga dan merawat ciptaan-Nya. Surat Al-Baqarah (2:205) menyatakan, "Dan apabila dia (manusia) berpaling (dari perintah Allah) di muka bumi, membahayakan padanya dan merusak tanam-tanamannya dan keturunannya, Allah tidak menyukainya." Dengan demikian, mengabaikan atau merusak lingkungan bukanlah tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai agama.
Kekeliruan dalam memahami agama Islam terkait lingkungan juga tercermin dalam pandangan sebagian orang yang menganggap dunia sebagai sesuatu yang fana dan harus dijauhi. Mereka kadang-kadang menyimpulkan bahwa ketaatan pada nilai agama berarti menjauhi kehidupan dunia. Namun, hal ini bertentangan dengan prinsip Islam yang menegaskan bahwa dunia ini adalah ujian bagi manusia dan bahwa ketaatan pada nilai agama harus tercermin dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam memelihara keberlanjutan lingkungan.
Dalam menanggapi kekeliruan ini, perlu adanya upaya untuk memberikan pemahaman yang lebih holistik tentang Islam, yang mencakup keterkaitan antara nilai-nilai agama dengan pelestarian lingkungan. Edukasi dan kesadaran akan tanggung jawab manusia terhadap alam semesta adalah kunci untuk memperbaiki pandangan yang keliru ini dan menciptakan kesadaran yang lebih mendalam tentang hubungan yang harmonis antara agama Islam dan keberlanjutan lingkungan.
Referensi:
1. Al-Qur'an, Surat Al-Baqarah (2:164, 2:205).
2. Esack, Farid. (2003). "The Qur'an: A User's Guide." Oxford: Oneworld Publications.
3. Fazlun Khalid, Mawil. (2009). "Islam and the Environment." Farnham: Ashgate Publishing.
Komentar
Posting Komentar