Pengembangan ilmu pengetahuan Islam oleh para peneliti Muslim saat ini sering kali menjadi sorotan. Meskipun para ilmuwan tersebut memiliki spesialisasi dalam berbagai cabang pengetahuan Islam, seperti fiqih, tassawuf, filsafat, sastra, seni, dan sebagainya, namun kerap terlihat bahwa pemahaman mereka tentang Islam sebagai agama dan panduan hidup seringkali jauh dari makna yang sebenarnya. Hal ini memunculkan dilema tentang bagaimana pemisahan pengetahuan Islam dalam berbagai disiplin dapat mengakibatkan kehilangan esensi Islam itu sendiri.
Islam, sebagai agama yang holistik, menawarkan pandangan yang menyeluruh tentang kehidupan, mencakup aspek spiritual, sosial, ekonomi, dan politik. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan Islam cenderung memecah-belah dan mempersempit pandangan ini. Misalnya, seorang ahli fiqih mungkin terlalu fokus pada aspek hukum Islam tanpa memperhatikan dimensi spiritual atau sosialnya. Begitu pula dengan ahli tassawuf yang mungkin lebih cenderung memusatkan perhatian pada aspek spiritual tanpa memperhatikan implikasi sosialnya.
Pemisahan ini menciptakan divisi yang kuat antara berbagai cabang ilmu pengetahuan Islam. Para peneliti cenderung menjadi spesialis dalam bidang tertentu tanpa menyadari keterkaitan yang erat antara satu aspek dengan yang lainnya. Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan pemahaman yang terfragmentasi dan seringkali menyimpang dari esensi utama Islam.
Penting untuk diingat bahwa ilmu pengetahuan Islam seharusnya tidak hanya menjadi formalitas atau sarana untuk mencapai kepangkatan jabatan dan kekayaan. Namun, sayangnya, dalam beberapa kasus, penelitian dan karya ilmiah di bidang Islam seringkali dijadikan alat untuk mencapai tujuan dunia semata. Hal ini menciptakan paradoks, di mana para peneliti seakan kehilangan makna sejati pengetahuan Islam yang seharusnya menjadi sumber inspirasi dan pedoman dalam menjalani kehidupan.
Untuk mengatasi paradoks ini, diperlukan upaya untuk mendekatkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam dan mengintegrasikan pemahaman yang lebih komprehensif. Pendidikan Islam yang holistik, yang mencakup aspek-aspek yang berbeda dari ajaran Islam, dapat membantu menciptakan pemahaman yang seimbang dan menyeluruh. Selain itu, penting bagi para peneliti dan ilmuwan Muslim untuk menyadari tanggung jawab moral mereka dalam menjaga integritas ilmu pengetahuan Islam, bukan hanya sebagai bentuk formalitas atau alat untuk mencapai tujuan dunia semata.
Dalam merespon paradoks ini, masyarakat juga memiliki peran penting dalam memberikan dukungan terhadap penelitian yang tidak hanya menghasilkan kekayaan intelektual, tetapi juga mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang makna sejati Islam. Dengan demikian, ilmu pengetahuan Islam dapat menjadi wahana yang memperkaya pemahaman kita tentang agama ini, bukan sekadar alat untuk mencapai kesuksesan dunia.
Referensi:
1. Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. "Islam and Secularism." ISTAC, 1993.
2. Nasr, Seyyed Hossein. "Knowledge and the Sacred." State University of New York Press, 1989.
3. Rahman, Fazlur. "Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition." University of Chicago Press, 1982.
4. Sardar, Ziauddin. "Islamic Futures: The Shape of Ideas to Come." Mansell, 1985.
Komentar
Posting Komentar