Dalam perjalanan cinta, sering kita dengar pepatah yang mengatakan bahwa pasangan hidup saling melengkapi satu sama lain. Namun, pertanyaan mendasar muncul, apakah manusia dalam berpasangan benar-benar saling melengkapi ataukah konsep ini hanya sebuah mitos? Apakah perbedaan antara baik dan buruk, cerewet dan pendiam, benar-benar dapat dianggap sebagai pelengkap satu sama lain? Konsep ini tampaknya bertentangan dengan keyakinan bahwa jodoh adalah cerminan dari diri kita yang seimbang, setara, atau kafaah, sebuah konsep dalam Islam untuk mencari pasangan yang ideal.
Dalam pandangan awal, seringkali kita mendengar bahwa pasangan yang saling melengkapi adalah pasangan yang memiliki karakteristik yang saling berlawanan. Namun, keberlanjutan hubungan tidak semata-mata bergantung pada perbedaan karakteristik ini. Apakah sebuah hubungan dapat disebut sehat hanya karena adanya perbedaan baik dan buruk? Bisa jadi, yang sebenarnya diperlukan dalam sebuah hubungan adalah kesamaan nilai, visi, dan tujuan hidup, bukan sekadar perbedaan karakter yang bersifat relatif.
Konsep kafaah dalam Islam menyoroti pentingnya seimbangnya pasangan dalam hal agama, akhlak, dan tujuan hidup. Kafaah menekankan kesamaan nilai-nilai yang mendasari kehidupan seorang Muslim. Artinya, pasangan tidak hanya berdampingan secara fisik, tetapi juga harus sejalan dalam menjalankan prinsip-prinsip agama dan moral. Ini membangun dasar yang kuat untuk keberlangsungan hubungan, mengingat komitmen pada nilai-nilai bersama lebih berdaya tahan daripada perbedaan karakteristik individual.
Memahami bahwa manusia memiliki banyak kekurangan adalah langkah awal untuk mencari pelengkap dalam pasangan. Namun, pelengkap di sini bukanlah sesuatu yang berlawanan, melainkan sesuatu yang dapat saling mendukung dan memperkuat. Saling memahami, menghargai, dan saling mendukung merupakan kunci utama dalam membangun hubungan yang seimbang dan berkelanjutan.
Penting untuk menyadari bahwa kehidupan rumah tangga tidaklah sempurna. Tidak ada pasangan yang bisa menggantikan kekurangan satu sama lain secara sempurna. Sebaliknya, kehidupan berpasangan adalah perjalanan bersama untuk tumbuh dan berkembang. Pasangan yang mampu melewati setiap rintangan dengan saling menguatkan dan mendukung satu sama lainlah yang memiliki keseimbangan sejati.
Referensi:
1. Al-Qur'an.
2. Arifin, Zainal. (2011). "Keseimbangan dalam Islam". Jakarta: Gema Insani Press.
3. Nasution, Harun. (2006). "Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya". Jakarta: UI Press.
Komentar
Posting Komentar