Ilmu Mantiq adalah cabang ilmu dalam filsafat Islam yang membahas tentang logika dan metode berpikir rasional. Ilmu ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang sistematis, analitis, dan koheren. Dalam tradisi ilmu Mantiq, terdapat pembagian utama menjadi dua kategori utama: Tassawur** dan **Tashdiq**. Selain itu, kategori-kategori ini juga dibagi lebih lanjut menjadi tassawur badihi, tassawur nazhari, tashdiq badihi, dan tashdiq nazhari.
Tassawur dapat diartikan sebagai tahap awal dalam berpikir, yaitu proses membentuk konsep atau gambaran mentah tentang sesuatu tanpa memerlukan kebenaran atau kepastian secara rinci. Tassawur bertujuan untuk memberikan pemahaman awal tentang suatu objek atau gagasan. Tashdiq, di sisi lain, adalah tahap kedua dalam berpikir yang melibatkan kebenaran dan keyakinan. Ini adalah tahap di mana kita memverifikasi atau mengonfirmasi kebenaran dari suatu konsep atau pernyataan berdasarkan argumentasi dan bukti yang sah.
Tassawur Badihi dan Tassawur Nazhari:
1. Tassawur Badihi: Ini adalah tahap tassawur di mana seseorang membentuk konsep atau gambaran tentang sesuatu berdasarkan pengamatan langsung melalui indra. Misalnya, membentuk konsep tentang sebuah meja setelah melihat dan meraba meja tersebut. Tassawur badihi sangat bergantung pada pengalaman indrawi.
2. Tassawur Nazhari: Pada tahap ini, konsep atau gambaran dibentuk berdasarkan pemahaman yang lebih abstrak, bukan hanya berdasarkan pengalaman langsung. Ini melibatkan pemikiran konseptual dan imajinatif. Contohnya, membentuk konsep tentang "keadilan" berdasarkan pemahaman teoretis dan diskusi filsafat.
Tashdiq Badihi dan Tashdiq Nazhari:
1. Tashdiq Badihi: Tahap tashdiq ini melibatkan penerimaan kebenaran berdasarkan pengalaman dan observasi langsung. Misalnya, mengakui bahwa api dapat membakar setelah melihat dan merasakan panasnya.
2. Tashdiq Nazhari: Ini adalah tahap tashdiq di mana kebenaran dikonfirmasi melalui pemahaman konseptual dan analisis. Tashdiq nazhari terjadi ketika kita memahami dan menerima kebenaran yang didukung oleh argumen rasional, bahkan jika tidak ada pengalaman langsung. Misalnya, memahami dan menerima hukum-hukum fisika yang kompleks berdasarkan penalaran ilmiah.
Contoh Aplikasi Pembagian Ilmu Mantiq:
Misalkan kita ingin membahas konsep "cinta". Pada tahap tassawur badihi, kita dapat membentuk konsep awal tentang cinta berdasarkan pengalaman melihat dan merasakan interaksi antara orang-orang yang saling peduli. Kemudian, pada tahap tassawur nazhari, kita dapat mendiskusikan konsep cinta secara lebih abstrak, mempertimbangkan elemen-elemen emosional dan psikologis yang terlibat dalam fenomena ini.
Kemudian, pada tahap tashdiq badihi, kita dapat membenarkan bahwa cinta itu nyata dan mempengaruhi perilaku manusia, berdasarkan pengamatan kita terhadap tindakan dan sikap yang dilakukan oleh individu yang sedang jatuh cinta. Pada akhirnya, pada tahap tashdiq nazhari, kita bisa merumuskan argumen mengapa cinta memiliki peran penting dalam kehidupan manusia berdasarkan penelitian psikologis, analisis sastra, dan pandangan filosofis.
Dalam kesimpulan, ilmu Mantiq memiliki pembagian utama antara Tassawur dan Tashdiq. Masing-masing dari kategori ini kemudian dibagi lebih lanjut menjadi tassawur badihi, tassawur nazhari, tashdiq badihi, dan tashdiq nazhari. Melalui tahapan-tahapan ini, ilmu Mantiq membantu manusia untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang konsep-konsep dan kebenaran-kebenaran dalam berpikir dan berargumentasi.
Referensi:
1. Nasr, S. H., & Leaman, O. (1996). History of Islamic philosophy*. Routledge.
2. Al-Attas, S. M. N. (2001). Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam*. ISTAC.
3. Rahman, F. (1986). Propositions in Islamic Logic. The Islamic Foundation.
Komentar
Posting Komentar