Dalam dunia pendidikan Islam, hubungan antara guru dan murid dianggap sangat penting dan dilandaskan pada prinsip-prinsip hormat, ketaatan, dan pencerahan. Seorang murid diharapkan menghormati guru serta mengikuti petunjuk dan nasihatnya, namun hal ini tidak berarti bahwa guru tersebut harus bersikap otoriter. Konsep pendidikan dalam Islam lebih kompleks daripada sekadar penyaluran kurikulum, karena mencakup pemahaman mendalam terhadap kebutuhan dan potensi setiap murid. Prinsip ini tercermin dalam praktik pengajaran di mana kelulusan didasarkan pada pemahaman mendalam terhadap ilmu, bukan hanya penyelesaian kurikulum, dan penghargaan terhadap guru bukan hanya sebatas ijazah, melainkan juga berupa nilai-nilai etika, doa, dan janji.
Pada dasarnya, hubungan guru dan murid dalam Islam memiliki akar dalam ajaran Nabi Muhammad SAW dan praktik para ulama terdahulu. Prinsip saling menghormati dan bimbingan spiritual dari seorang guru mengarah pada perkembangan karakter dan kecerdasan murid. Murid diharapkan tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga memperoleh pengetahuan etika (akhlak) yang baik. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan bahwa pendidikan tidak hanya mengasah akal dan pengetahuan, tetapi juga membentuk akhlak yang baik dan budi pekerti luhur.
Di samping itu, pendidikan dalam Islam juga menitikberatkan pada pemahaman individu dan kebutuhan spesifik murid. Ini berarti bahwa pendidikan tidak bisa hanya terpaku pada kurikulum yang baku, tetapi harus menyesuaikan dengan karakteristik, minat, dan potensi masing-masing murid. Praktik ini menuntut guru untuk memiliki wawasan yang dalam terhadap kemampuan serta kebutuhan setiap murid agar pengajaran bisa efektif dan bermakna.
Hal ini berkontras dengan pendekatan kurikulum modern yang sering kali cenderung umum dan terkadang tidak mencerminkan kebutuhan dan potensi individu. Pendidikan modern seringkali dianggap sebagai adaptasi dari sistem pendidikan Barat, yang mungkin kurang cocok dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam yang lebih holistik.
Pentingnya akhlak dan adab dalam pendidikan juga tidak boleh diabaikan. Dalam Islam, ilmu pengetahuan harus disertai dengan akhlak yang baik, dan pendidikan harus membentuk pribadi yang berintegritas, santun, dan memiliki moral yang kuat. Oleh karena itu, guru bukan hanya sekadar penyampai informasi, tetapi juga menjadi teladan dalam hal akhlak dan adab yang baik.
Dalam kesimpulannya, sistem pendidikan dalam Islam menekankan pada hubungan guru dan murid yang berlandaskan pada hormat, ketaatan, dan pencerahan. Pendekatan ini mendorong pemahaman mendalam ilmu dan karakter, serta memperhatikan kebutuhan individu. Meskipun pendidikan modern memiliki nilai-nilai positif, namun dalam konteks pendidikan Islam, prinsip-prinsip ini memberikan pijakan yang lebih kokoh dalam membentuk individu yang cerdas, berakhlak, dan memiliki kontribusi positif bagi masyarakat.
Referensi:
1. Al-Qur'an
2. Al-Attas, S. N. (1993). Islam and Secularism. International Institute of Islamic Thought and Civilization.
3. Al-Ghazali. (1997). Ihya' 'Ulum al-Din (The Revival of the Religious Sciences). Dar al-Kotob al-Ilmiyah.
4. Saeed, A., & Saeed, H. (Eds.). (2018). Islam and Education: The Manipulation and Misrepresentation of a Religion. Routledge.
5. Ibrahim, A. A. (2014). Islam, Knowledge, and Ethics: A Pertinent Culture of Islamic Education. Islam and Civilisational Renewal, 5(1), 72-87.
Komentar
Posting Komentar