Dalam banyak agama, termasuk Islam, ada keyakinan bahwa manusia akan dihidupkan kembali di Padang Masyar atau Hari Kiamat untuk dihisab atas amal perbuatannya selama hidup di dunia. Ini adalah konsep yang membangkitkan banyak pertanyaan dan rasa ingin tahu. Namun, bagaimana mungkin sains menjelaskan kemungkinan manusia hidup kembali setelah kematian? Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pandangan agama dan juga mempertimbangkan penjelasan sains mengenai konsep kebangkitan.
Kebangkitan Menurut Keyakinan Agama:
Dalam agama Islam, keyakinan akan kebangkitan di Padang Masyar dijelaskan secara rinci dalam Al-Quran. Ayat-ayat yang mengacu pada kebangkitan ini mencakup firman Allah dalam Surah Al-Qiyamah (75:3-4): "Manakah yang dihisab dan disuruh menghitung, tetapi ia mendustakan hari pembalasan." Ayat-ayat ini menegaskan bahwa Allah akan menghidupkan kembali manusia untuk dihisab atas segala tindakan dan amalnya.
Perspektif Sains Mengenai Kebangkitan:
Dari sudut pandang sains, konsep kebangkitan tampaknya bertentangan dengan hukum alam dan prinsip-prinsip fisika yang kita kenal. Namun, beberapa konsep dalam sains mengajarkan kita untuk tidak langsung menolak ide ini.
1. Siklus Hidup dan Kematian:
Di alam semesta, siklus hidup dan kematian adalah fenomena umum. Bintang lahir dan mati, organisme hidup lahir dan mati, dan bahkan partikel subatomik dapat berubah bentuk. Ini mengajarkan bahwa energi tidak hilang, tetapi hanya berubah bentuk. Dalam pandangan ini, konsep kebangkitan dapat dipahami sebagai transformasi energi dan materi.
2. Fisika Kuantum:
Fisika kuantum mengajarkan kita bahwa dunia subatomik tidak selalu berjalan sesuai dengan intuisi kita. Partikel-partikel dapat ada dalam berbagai keadaan dan lokasi secara bersamaan. Konsep seperti entanglement (perhubungan terikat) menunjukkan bahwa partikel dapat berinteraksi melebihi batas waktu dan ruang. Meskipun ini tidak mengarah langsung pada kebangkitan, namun ide bahwa alam semesta memiliki aspek-aspek yang tidak sepenuhnya dapat dimengerti oleh akal manusia bisa memberi kita ruang untuk merenungkan kemungkinan yang lebih luas.
Dalam penutup, sains dan agama masing-masing memiliki cara pandangnya sendiri terkait kebangkitan di Padang Masyar atau Hari Kiamat. Meskipun konsep ini mungkin sulit untuk dimengerti dan dijelaskan secara ilmiah, menghormati keyakinan agama dan melihat sains sebagai alat untuk lebih memahami alam semesta adalah langkah yang baik. Mengenai kebenaran dari konsep ini, itu mungkin tetap menjadi misteri yang hanya dapat kita pahami sepenuhnya setelah pengalaman di luar kehidupan ini.
Referensi:
2. Al-Ghazali. "Kitab al-Iqtisad fi al-I'tiqad" (The Middle Path in Theology).
3. Davies, Paul. "The Cosmic Blueprint: New Discoveries in Nature's Creative Ability To Order the Universe." Simon & Schuster, 2004.
4. Greene, Brian. "The Hidden Reality: Parallel Universes and the Deep Laws of the Cosmos." Vintage, 2012.
5. Stenger, Victor J. "The Fallacy of Fine-Tuning: Why the Universe Is Not Designed for Us." Prometheus Books, 2011.
Komentar
Posting Komentar