Peradaban Islam di Cina pernah mengalami masa keemasan di mana agama ini berkembang pesat, dan masyarakat Muslim Tionghoa memiliki kontribusi yang signifikan dalam berbagai bidang kehidupan. Namun, peradaban Islam di Cina juga mengalami masa-masa sulit yang menyebabkan kemunduran dan penindasan terhadap umat Islam. Faktor-faktor internal dan eksternal memainkan peran penting dalam runtuhnya peradaban Islam di Cina.
A. Faktor-faktor internal
1. Penindasan terhadap umat Islam oleh pemerintah
Pada beberapa
periode dalam sejarah Cina, terutama pada masa pemerintahan dinasti-dinasti
seperti Dinasti Ming dan Qing, umat Islam dihadapkan pada penindasan dan
diskriminasi yang sistematis. Pemerintah melarang praktik keagamaan Islam dan
menerapkan kebijakan yang merugikan masyarakat Muslim, seperti pembatasan dalam
mendirikan masjid-masjid, pembatasan kegiatan keagamaan, serta penindasan
terhadap pemimpin dan ulama Muslim.
2. Krisis kepemimpinan dalam komunitas Muslim Tionghoa
Selama
beberapa periode, terjadi krisis kepemimpinan dalam komunitas Muslim Tionghoa
di Cina. Ketidakhadiran pemimpin yang kuat dan kesatuan dalam komunitas Muslim
mempengaruhi kemampuan mereka untuk melindungi dan mempertahankan peradaban
Islam. Krisis kepemimpinan ini memberikan celah bagi pemerintah untuk
memperketat kontrol terhadap umat Islam dan melemahkan peradaban Islam di Cina.
B. Faktor-faktor eksternal
1. Penyebaran paham komunisme dan ateisme di Cina
Setelah
berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, pemerintah Komunis
mengadvokasi paham ateisme dan melarang praktik keagamaan secara terbuka.
Gerakan pembaruan sosial dan politik di bawah kepemimpinan Komunis memunculkan
paradigma baru yang menekankan pada materialisme dan penolakan terhadap
keberagaman agama. Paham komunisme ini secara langsung mengancam keberadaan dan
perkembangan peradaban Islam di Cina.
2. Pembatasan kebebasan beragama selama Revolusi Kebudayaan
Selama Revolusi Kebudayaan yang berlangsung antara tahun 1966 hingga 1976, pemerintah Cina melancarkan kampanye keras untuk menghapus pengaruh agama, termasuk Islam. Masjid-masjid dihancurkan, kitab suci disita dan dibakar, para ulama dan cendekiawan Muslim ditahan dan disiksa. Periode ini merupakan salah satu masa paling sulit dalam sejarah peradaban Islam di Cina, di mana kebebasan beragama dilanggar secara massal.
C. Dampak negatif pada peradaban Islam di Cina
1. Penghancuran masjid-masjid dan lembaga pendidikan Islam
Selama periode penindasan terhadap Islam di Cina, banyak masjid dan lembaga
pendidikan Islam dihancurkan atau dikonversi menjadi bangunan non-keagamaan.
Hal ini mengakibatkan hilangnya tempat ibadah dan pusat pendidikan untuk umat
Muslim di berbagai wilayah di Cina. Penghancuran ini berdampak negatif pada
praktik keagamaan dan pendidikan Islam di Cina.
2. Penindasan terhadap praktik keagamaan dan identitas Muslim Tionghoa
Penindasan terhadap praktik keagamaan dan identitas Muslim Tionghoa
menyebabkan penurunan jumlah umat Muslim yang aktif dalam menjalankan ibadah
dan praktik keagamaan. Identitas Muslim Tionghoa terancam dan dihadapkan pada
asimilasi kebudayaan yang lebih dominan, mengakibatkan hilangnya warisan budaya
dan keagamaan yang kaya dari peradaban Islam di Cina.
Referensi:
- Dru C. Gladney, "Muslim Chinese: Ethnic Nationalism in the People's Republic" (Harvard University Press, 1996).
- J. Michael Cole, "Muslims in China: The Growth and Influence of Islam in the Nations of Asia and Central Asia" (Mason Crest Publishers, 2010).
- Ma Tong, "The History and Development of Islam in China" (China Intercontinental Press, 2012).
- Jonathan N. Lipman, "Familiar Strangers: A History of Muslims in Northwest China" (University of Washington Press, 1997).
- James D. Frankel, "Muslim Religious Institutions in Imperial China: Manchu Rule and Hui Ethnicity" (State University of New York Press, 1995).
Komentar
Posting Komentar