Sejak awal sejarah, agama Islam dan ilmu sains telah berjalan beriringan dan saling melengkapi. Namun, dalam beberapa abad terakhir, terutama dalam konteks hubungan dengan Dunia Barat, telah terjadi pemisahan yang semakin jelas antara agama Islam dan ilmu sains. Tulisan ini akan menganalisis beberapa faktor dan cara di mana Dunia Barat memisahkan agama Islam dengan ilmu sains, serta dampaknya pada hubungan antara keduanya.
Pemisahan Melalui Imperialisme Kolonial
Dalam periode kolonial, negara-negara Barat memperluas
kekuasaan politik dan ekonomi mereka ke wilayah-wilayah Muslim. Selama masa
penjajahan ini, pendekatan Barat terhadap agama Islam dan ilmu sains sangat
dipengaruhi oleh orientalisme dan superioritas budaya mereka. Para penjajah
sering mengabaikan atau menghina tradisi dan pengetahuan lokal, termasuk agama
Islam dan ilmu sains yang berkembang di dunia Muslim.
Dominasi Pendidikan Barat
Selama era kolonial, sistem pendidikan Barat diperkenalkan
dan diadopsi oleh para elit Muslim yang terdidik. Pendidikan Barat ini
cenderung memisahkan agama dan ilmu sains menjadi dua bidang yang terpisah,
dengan penekanan yang lebih kuat pada sains dan pemikiran sekuler. Pendidikan
yang diimpor dari Barat mengarah pada perubahan paradigma dan penekanan yang
lebih rendah pada tradisi keilmuan Islam.
Pengaruh Gerakan Sekulerisasi
Gerakan sekulerisasi yang muncul di Barat juga berpengaruh
terhadap pemisahan antara agama Islam dan ilmu sains. Gerakan ini menempatkan
agama dalam ranah pribadi dan mendukung pemisahan yang tegas antara agama dan
kehidupan publik. Pengaruh sekularisme ini juga mencapai dunia Muslim, mengubah
persepsi dan prioritas masyarakat terhadap ilmu sains dan agama Islam.
Pengabaian Terhadap Warisan Ilmiah Islam
Selama Abad Pertengahan, dunia Muslim telah memberikan
kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu sains, termasuk matematika,
astronomi, kedokteran, dan filosofi. Namun, banyak penemuan dan pemikiran
ilmiah ini diabaikan atau diatribusikan ke bangsa Barat ketika hubungan dengan
dunia Muslim menjadi terdistorsi oleh orientalisme dan superioritas budaya.
Akibatnya, hubungan antara agama Islam dan ilmu sains terdistorsi dan
dipisahkan dalam narasi sejarah Barat.
Tersingkirnya Perspektif Agama dalam Ilmu Sains
Dalam konteks sains modern, pendekatan yang dominan adalah
materialisme dan rasionalisme yang sering mengabaikan atau mengecilkan peran
agama. Teori-teori ilmiah dan penjelasan fenomena alam lebih sering dijelaskan
secara materialistik, meninggalkan aspek spiritual dan religius yang menjadi
ciri khas agama Islam. Hal ini mengakibatkan agama Islam dianggap tidak relevan
atau bahkan bertentangan dengan sains modern.
Pemisahan antara agama Islam dan ilmu sains yang terlihat
dalam hubungan dengan Dunia Barat dapat ditelusuri melalui faktor-faktor
seperti imperialisme kolonial, dominasi pendidikan Barat, gerakan sekulerisasi,
pengabaian terhadap warisan ilmiah Islam, dan penekanan materialistik dalam
sains modern. Namun, penting untuk memahami bahwa agama Islam dan ilmu sains
seharusnya tidak dipisahkan, melainkan saling melengkapi dan memberikan
pemahaman yang holistik tentang dunia dan kehidupan manusia. Untuk membangun
hubungan yang harmonis antara agama Islam dan ilmu sains, diperlukan upaya
dialog, saling pengertian, dan pengakuan terhadap kontribusi yang diberikan
oleh tradisi keilmuan Islam dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan.
Referensi:
- Ahmed, A. (1999). Postmodernism and Islam: Predicament and Promise. Routledge.
- Said, E. W. (1978). Orientalism. Vintage.
- Asad, T. (2003). Formations of the Secular: Christianity, Islam, Modernity. Stanford University Press.
- Huff, T. (2003). The Rise of Early Modern Science: Islam, China, and the West. Cambridge University Press.
- Nasr, S. H. (1988). Islamic Science: An Illustrated Study. World of Islam Festival Publishing Company.
Komentar
Posting Komentar