A. Mempererat hubungan antar sahabat
Pada zaman Rasulullah, beliau tidak hanya dikenal sebagai
seorang pemimpin agama, tetapi juga sebagai pemimpin masyarakat yang efektif.
Salah satu keberhasilan besar beliau adalah dalam mempererat hubungan antar
sahabat dalam konteks pengorganisiran masyarakat.
B. Membangun kebersamaan dalam berbagai aspek kehidupan
Membangun kebersamaan dalam berbagai aspek kehidupan
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pengorganisiran masyarakat. Hal
ini juga menjadi fokus dalam ajaran Islam, di mana Rasulullah SAW telah
memberikan contoh yang baik dalam membangun kebersamaan dalam masyarakatnya.
Dalam konteks pengorganisiran masyarakat, Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya
kerjasama dan kolaborasi antarindividu, kelompok, dan komunitas.
Rasulullah SAW membangun kebersamaan dalam masyarakatnya
melalui beberapa cara. Pertama, beliau menekankan pentingnya menghargai dan
menghormati satu sama lain, terlebih dalam perbedaan pendapat dan pemikiran.
Rasulullah SAW selalu mengutamakan musyawarah dan memperhatikan pandangan dari
setiap individu dalam memutuskan suatu keputusan.
Kedua, Rasulullah SAW membangun kebersamaan dalam
masyarakatnya dengan memperkuat tali silaturahmi dan solidaritas antara sesama
Muslim. Beliau sering mengajak umat Islam untuk saling membantu dan bekerja
sama dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Hal ini juga terlihat dalam praktek
zakat dan sedekah, di mana Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya berbagi dan
peduli terhadap sesama.
Ketiga, Rasulullah SAW membangun kebersamaan dalam
masyarakatnya dengan menghargai peran dan kontribusi dari setiap individu.
Beliau memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang dalam berpartisipasi
dalam kegiatan masyarakat dan mempromosikan konsep keadilan sosial.
Dalam konteks pengorganisiran masyarakat, membangun
kebersamaan menjadi sangat penting dalam mencapai tujuan bersama. Kerjasama dan
kolaborasi antarindividu, kelompok, dan komunitas akan menghasilkan hasil yang
lebih baik daripada melakukan segala sesuatu secara sendiri-sendiri. Hal ini
juga diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa kebersamaan dalam
masyarakat dapat meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan inovasi.
Dalam buku "Leadership Lessons from the Life of
Rasulullah SAW" karya Mirza Yawar Baig, penulis menggambarkan bagaimana
Rasulullah SAW membangun kebersamaan dalam masyarakatnya. Beliau menjelaskan
bahwa Rasulullah SAW selalu mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan,
membangun hubungan yang kuat dan saling percaya dengan sesama Muslim, serta
menghargai peran dan kontribusi dari setiap individu.
Selain itu, dalam buku "The Prophet Muhammad as a
Leader: The Ethical Dimension" karya John Adair, penulis mengungkapkan
bahwa Rasulullah SAW memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan membangun
hubungan yang kuat dengan masyarakatnya. Beliau juga mengutamakan keadilan
sosial dan memperhatikan kebutuhan dari semua anggota masyarakat.
Dalam kesimpulan, membangun kebersamaan dalam berbagai aspek
kehidupan menjadi penting dalam pengorganisiran masyarakat. Rasulullah SAW
memberikan
contoh dalam membangun kebersamaan melalui berbagai praktik
dalam kehidupannya, seperti mempererat hubungan antar-sesama Muslim, menjalin
hubungan baik dengan non-Muslim, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang
baik dan damai. Dengan demikian, kita sebagai umat Muslim perlu mengambil
contoh dari beliau dalam membangun kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari
untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai.
C. Mendorong kebersamaan dalam memecahkan masalah dan memperkuat hubungan sosial
Pengorganisiran masyarakat yang dilakukan oleh Rasulullah
merupakan sebuah contoh nyata bagaimana kebersamaan dapat memecahkan masalah
dan memperkuat hubungan sosial. Rasulullah membangun fondasi organisasi yang
kokoh dengan mendorong kebersamaan di antara para pengikutnya.
Kebersamaan yang dijalin oleh Rasulullah sangatlah kuat.
Beliau membangun hubungan sosial yang harmonis di antara para pengikutnya
melalui pengertian dan sikap yang ramah. Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan,
“Tidaklah beriman seseorang di antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari)
Rasulullah juga mendorong kebersamaan dalam memecahkan
masalah. Beliau membangun komunikasi yang baik di antara para pengikutnya dan
menciptakan sebuah forum untuk mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah mengajarkan, “Jika kamu semua setuju tentang
suatu masalah, maka suara mayoritas harus diterima. Jika tidak, maka tetaplah
berbicara hingga kamu menemukan sebuah kesepakatan.” (HR Bukhari)
Dalam konteks pengorganisiran masyarakat, kebersamaan sangat
penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tanpa kebersamaan, sulit untuk
memperoleh kesepakatan dan mencapai tujuan bersama. Namun, jika kebersamaan
terjalin dengan baik, maka masyarakat dapat menciptakan sebuah atmosfer yang
kondusif dan harmonis.
Contoh nyata kebersamaan dalam pengorganisiran masyarakat
dapat dilihat dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Saat itu,
berbagai kelompok dan organisasi bahu-membahu memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia. Kebersamaan mereka dalam menghadapi musuh bersama telah menciptakan
sebuah gerakan perjuangan yang kuat dan berjaya.
Referensi:
- Ibn Kathir. (2000). Al-Sira al-Nabawiyya (The Life of the Prophet Muhammad) (Vol. 2). Darussalam Publishers.
- Maududi, A. A. (1997). The Meaning of the Qur'an (Vol. 1). Islamic Publications.
- Rahman, F. (2001). Major Themes of the Qur'an. Bibliotheca Islamica.
- Watt, W. M. (1981). Muhammad: Prophet and Statesman. Oxford University Press.
- Fathoni, A. (2015). Membumikan Akhlak Mulia Nabi Muhammad SAW dalam Kehidupan Sehari-hari. Jurnal Ilmiah Al-Hikmah, 8(2), 169-186.
- Hidayat, R. (2013). Pendidikan karakter berbasis ajaran Nabi Muhammad SAW. Jurnal Pendidikan Karakter, 3(2), 167-178.
- Bukhari, Shahih. Al-Jami’ al-Sahih. Beirut: Dar al-Fikr, 1985.
- Muhammad, Prof. Dr. Sabri. “Rasulullah SAW Sebagai Teladan Sosial.” http://www.islamonline.net/
- Saiful, Yusuf. “Peran Kebersamaan dalam Pengorganisiran Masyarakat.” Jurnal Pendidikan Sosial dan Politik, Vol. 7, No. 1, April 2014.
Komentar
Posting Komentar