Islam progresif adalah gerakan
keagamaan dan sosial yang menekankan nilai-nilai universal, humanisme,
rasionalitas, dan toleransi dalam menafsirkan ajaran Islam sehingga sesuai
dengan perkembangan zaman dan pemikiran kritis dalam Islam. Gerakan ini muncul
sebagai respons terhadap konservatisme dalam pemahaman agama dan pengaruh
negatifnya terhadap masyarakat Muslim, terutama terkait dengan hak asasi
manusia, kesetaraan gender, pluralisme agama, dan demokrasi. Selain itu gerakan
ini juga muncul sebagai
respons terhadap perubahan sosial dan politik yang terjadi di masyarakat Muslim
global, dan juga sebagai upaya untuk menjawab tantangan zaman yang semakin
kompleks. Islam progresif menolak
literalisme dan fundamentalisme serta menekankan pada akal sehat dan
pertimbangan rasional dalam memahami teks-teks agama.
Sejarah awal munculnya gerakan
Islam progresif dapat ditelusuri ke akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di
negara-negara Muslim seperti Mesir dan India. Beberapa tokoh seperti Muhammad
Abduh di Mesir dan Sir Sayyid Ahmad Khan di India memimpin gerakan reformasi
Islam yang menekankan kembali pada nilai-nilai Islam yang asli dan mengambil
inspirasi dari pemikiran Barat. Gerakan ini bertujuan untuk memperbarui
pemahaman Islam dan mengatasi tantangan modernitas, seperti imperialisme dan
kolonialisme Barat. Sejak itu, gerakan Islam progresif terus berkembang dan
menjadi semakin penting di dunia Muslim.
Pergerakan Islam progresif mengalami pasang surut dalam sejarahnya. Pada
awalnya, gerakan ini muncul pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 sebagai respons
terhadap imperialisme Barat dan modernisasi yang diimpor dari Barat. Gerakan
ini menghargai nilai-nilai Islam dan mempromosikan prinsip-prinsip keadilan
sosial, kemandirian, dan partisipasi aktif masyarakat. Namun, gerakan ini
mengalami penindasan oleh pemerintah kolonial dan rezim otoriter di beberapa
negara Muslim, sehingga mengalami penurunan popularitas pada beberapa dekade.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, gerakan ini telah mengalami kebangkitan
baru karena adanya keinginan untuk merespons tantangan baru yang dihadapi umat
Muslim, seperti ekstremisme, krisis politik, dan krisis lingkungan.
Islam progresif, seperti gerakan sosial dan politik lainnya,
menghadapi berbagai tantangan dan rintangan. Beberapa tantangan yang dihadapi
oleh Islam progresif adalah:
Oposisi dari kalangan
konservatif: Islam progresif mengajarkan pemikiran yang terbuka dan inklusif.
Namun, banyak kalangan konservatif yang menganggap ajaran-ajaran ini
bertentangan dengan tradisi Islam yang telah ada sejak lama.
Stigma dari masyarakat: Di
beberapa negara, Islam progresif sering kali dianggap sebagai gerakan yang
radikal dan liberal, dan dikaitkan dengan Barat dan agama-agama lain.
Akibatnya, para pengikut gerakan ini sering mengalami tekanan dari masyarakat
dan pemerintah.
Kurangnya dukungan keuangan:
Islam progresif sering kali tidak mendapatkan dukungan keuangan yang memadai
dari lembaga-lembaga keagamaan yang ada. Sehingga para aktivis seringkali
mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan dan proyek-proyek sosial yang
mereka usung.
Kurangnya ruang untuk
berdialog: Islam progresif mengajarkan inklusivitas dan penghormatan pada
keragaman. Namun, pada kenyataannya, banyak kelompok-kelompok Islam yang kurang
terbuka dalam berdialog dengan kelompok-kelompok yang berbeda pandangan.
Pengaruh politik: Gerakan Islam
progresif sering kali menjadi bahan perdebatan di ranah politik. Hal ini bisa
merugikan gerakan tersebut, karena seringkali mengalami manipulasi dan distorsi
oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkan isu ini untuk kepentingan mereka
sendiri
Komentar
Posting Komentar