Langsung ke konten utama

Sejarah Singkat Pendiri Mazhab Hanbali

A. Biografi Singkat Imam Ahmad bin Hanbal

Nama lengkap dari Imam Ahmad adalah Imam Abu Abdullah, Ahmad bin Hambal bin Hilal bin Asad al-Zuhaili asy-Syaibani, dilahirkan dan dibesarkan di Baghdad. Wafat di Dagdad pada bulan Rabi'ul Awwal. Beliau telah mengembara untuk mencari ilmu di berbagai kota seperti Kufah, Bashrah, Mekah, Madinah, Yaman, Syam, dan Jazirah.

Imam Ahmad belajar fiqih kepada Imam asy-Syafi'i ketika beliau berada di Baghdad. Pada Akhirnya, lmam Ahmad menjadi seorang mujtahid mustaqil. Jumlah gurunya melebihi 100 orang. Beliau berusaha mengumpulkan As-Sunnah dan menghafalnya, hingga dia terkenal sebagai Imam al-Muhaddifsun pada masanya. Berkat kemurahan gurunya, yakni Husyaim bin Basyir bin Abu Khazim al-Bukhari al-Ashl (104 -183 H). Beliau adalah tokoh yang ahli dalam bidang hadits, sunnah, dan fiqih.

Selama hidupnya, Imam Ahmad telah menerima banyak cobaan dan ujian. Beliau pernah dipukul dan dikurung karena fitnah mengenai pendapatnya bahwa Al-Qur'an adalah makhluk pada zaman al-Ma'mun, al-Mu'tashim, dan al-Watsiq. Wapaupun cobaan yang beliau bera, beliau tetap bersabar seperti sabarnya para nabi.

Dasar dari mazhab Hanbali dalam iitihad, hampir sama dengan prinsip madzhab Syafi'i. Hal ini karena beliau dididik oleh Imam asy-Syafi'i. Dia menerima Al-Qur'an, As-Sunnah, fatwa sahabat, ijma, qiyas, istishab, mashalih mursalah dan dzarai'. Imam Ahmad tidak mengarang kitab fiqih seperti yang dilakukan oleh Imam Maliki dan Iamam Syafi’i, sehingga sahabatnyalah yang mengumpulkan pendapat madzhabnya berdasarkan perkataan, perbuatan, jawaban-iawaban Imam Ahmad, dan sebagainya.

Beliau telah menghasilkan al-Musnad dalam hadits, yang mengandung lebih daripada 40.000 hadits. Beliau memiliki tingkat kekuatan hafalan yang amat kuat. Beliau mengamalkan hadis mursal (hadits yang dalam sanadnya, rawi shahbi-nya tidak ada), dan hadits dhaif yang boleh meningkat ke derajat hadits hasan, tetapi beliau tidak beramal dengan hadits batil dan mungkar. Beliau mengutamakan hadits mursal dan dhaif daripada qiyas.

B. Murid-murid Imam Ahmad bin Hanbal

Di antara murid-muridnya yang telah menyebarkan ilmunya, ada beberapa muridnya yang masyhur, yakni sebagai berikut: 

  • Salih bin Ahmad bin Hambal (wafat tahun 266H). Beliau adalah anak dari Imam Ahmad yang tertertua. Beliau mempelajari ilmu fiqih dan hadits dari ayahnya, dan juga dari para ulama lain pada zamannya.
  • Abdullah bin Ahmad bin Hambal (213 H- 290 H). Beliau memiliki perhatian besar dalam bidang periwayatan hadits dari ayahnya. Sementara saudaranya, lebih memfokuskan kepada bidang fiqih ayahnya dan masalah-masalah yang berhubungan dengannya.
  • Al-Atsram, Abu Bakr Ahmad bin Muhammad bin Hani' al-Khurasani, al-Baghdadi (wafat tahun 273 H). Beliau telah meriwayatkan masalah-masalah fiqih dan hadits dari Imam Ahmad. Mengarang sebuah kitab yang berjudul as-Sunan fil Fiqh berdasarkan madzhab Hanbali. Kitab ini menggunakan hadits sebagai dasarnya.
  • Abdul Malik bin Abdul Hamid bin Mahran al-Maimuni (wafat tahun 27 4 H). Beliau telah hidup bersama Imam Ahmad selama 20 tahun lebih. Beliau memiliki kedudukan yang tinggi di kalangan sahabat Imam Ahmad lainnya. Abu Bakar al-Khallal sangat kagum dengan riwayat yang diterimanya dari Imam Ahmad.
  • Ahmad bin Muhammad ibnul Hajjaj, Abu Bakar al-Marwadzi (wafat tahun 274 H). Beliau adalah seorang yang paling istimewa dan dekat dengan Imam Ahmad. Beliau adalah orang yang ahli dalam bidang fiqih dan hadits, lalu kemudian menghasilkan banyak penulisan. Jika para ulama mazhab Hambali menyebut nama Abu Bakar, maka yang dimaksud adalah al-Marwadzi.
  • Harb bin Ismail al-Hanzhali al-Karmani (wafat tahun 280 H). Beliau mendalami ilmu fiqih dari Imam Ahmad. Walaupun al-Marwadzi memiliki hubungan erat dengan Imam Ahmad, namun beliau masih menjadikan riwayat Harb bin Ismail sebagai sandarannya kepada riwayat yang diterimanya dari Imam Ahmad.
  • Ibrahim bin Ishaq al-Harbi, Abu Ishaq (wafat tahun 285 H). Beliau dalah orang yang pakar dalam bidang hadits daripada fiqih, dan juga seorang yang alim dalam bidang bahasa. 
Ketika Muhammad bin Harun, Abu Bakar al-Khallal (wafat tahun 311 H). Beliau telah mengumpulkan fiqih Imam Ahmad melalui para sahabatnya, hingga dia terkenal sebagai pengumpul fiqih Hambali, atau pemindah, ataupun periwayatnya. Al-Khallal hidup bersama Abu Bakar al-Marwadzi hingga wafatnya. Beliau juga adalah orang yang mendorong al-Khallal supaya meriwayatkan fiqih. Pengumpulan yang telah dilakukan oleh al-Khallal ini telah diringkas oleh dua orang muridnya yang masyhur, yaitu:

  • Abul Qasim, Umar ibnul Hussain al-Kharqi al-Baghdadi (wafat tahun 334 H), dikebumikan di Damsyik. Beliau banyak menulis kitab dalam madzhab Hanbali. Salah satu kitabnya adalah Mukhtashor. Kitab ini adalah kitab yang masyhur yang telah disyarahi oleh Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mughni.
  • Abu Bakar Abdul Aziz bin fa'far yang lebih terkenal dengan Ghulam al-Khallal (wafat tahun363 H). Beliau merupakan sahabat dari al-Kharqi, beliau jugamerupakan murid dari al-Khallal yang sangat berpegang teguh dalam mengikuti jejak langkahnya. Adakalanya beliau lebih mengutamakan riwayat dan pendapat yang tidak dirajihkan oleh al-Khallal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayat-Ayat Al-Quran tentang Teknologi Modern: Menggali Hikmah dan Panduan dalam Era Digital

Dalam era modern ini, perkembangan teknologi telah membawa dampak signifikan pada kehidupan manusia. Teknologi modern seperti internet, smartphone, dan media sosial telah merubah cara kita berkomunikasi, bekerja, dan berinteraksi. Dalam menghadapi tantangan dan manfaat yang ditawarkan oleh teknologi modern, banyak orang mencari panduan moral dan etika dalam ajaran agama. Al-Quran, sebagai kitab suci umat Islam, memiliki hikmah dan pedoman yang dapat diterapkan dalam konteks teknologi modern. Dalam narasi ini, kami akan menggali ayat-ayat Al-Quran yang relevan dengan teknologi modern dan menguraikan hikmah serta panduan yang dapat diambil dari ayat-ayat tersebut. I. Pemanfaatan Teknologi untuk Pencarian Ilmu Ayat Al-Quran yang pertama yang relevan dengan teknologi modern adalah ayat yang menekankan pentingnya mencari ilmu. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Mujadalah (58:11), "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa d...

Konsep Ruang dan Waktu dalam Al-Qur'an: Perspektif Ilmiah dan Keagamaan

Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, bukan hanya merupakan panduan spiritual, tetapi juga menyediakan wawasan tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk konsep ruang dan waktu. Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang membahas tentang kebesaran Allah SWT yang meliputi dimensi ruang dan waktu. Artikel ini akan mengeksplorasi konsep ruang dan waktu dalam Al-Qur'an dari dua perspektif: ilmiah dan keagamaan. 1. Konsep Ruang dalam Al-Qur'an Dalam Al-Qur'an, Allah SWT sering disebutkan sebagai Zat Yang Maha Luas, mencerminkan pemahaman tentang dimensi ruang yang tak terbatas. Misalnya, dalam Surah Al-Baqarah (2:255), Allah berfirman: "Dan Dia meliputi langit dan bumi." Ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak terbatas oleh ruang, tetapi sebaliknya, ruang di dalam ciptaan-Nya. Konsep tentang keberadaan Allah yang melampaui dimensi ruang telah membangkitkan rasa kagum dan ketakjuban di kalangan cendekiawan Muslim. Selain itu, Al-Qur'an juga menggambarkan dimensi ...

Menggali Perspektif Islam tentang "Cewe Friendly": Pertimbangan Mengapa Mereka Tidak Ideal Sebagai Pasangan

Dalam pandangan Islam, hubungan antara pria dan wanita memiliki batasan yang jelas dan prinsip-prinsip yang diatur oleh ajaran agama. Dalam era modern ini, istilah "cewe friendly" telah menjadi populer untuk menggambarkan wanita yang sangat ramah dan akrab dengan banyak pria. Namun, dalam konteks hubungan dan pernikahan, ada beberapa alasan yang menunjukkan bahwa menjadi pasangan dengan seorang "cewe friendly" mungkin kurang baik. Artikel ini akan membahas alasan-alasan tersebut dengan merujuk pada prinsip-prinsip Islam dan pendekatan agama terhadap hubungan antara pria dan wanita. 1. Penciptaan Batasan dalam Hubungan Dalam Islam, terdapat pandangan bahwa hubungan antara pria dan wanita seharusnya didasarkan pada batasan-batasan yang jelas. Sebuah hubungan yang serius dan bertujuan menuju pernikahan seharusnya dibangun di atas dasar saling menghormati, menjaga batasan fisik dan emosional, serta berkomitmen dalam ikatan pernikahan. Wanita yang terlalu ramah dan akrab...