Langsung ke konten utama

Sejarah Singkat Pendiri Mazhab Hanafi

Biografi Singkat Imam Abu Hanifah

Namanya asli Imam Abu Hanifah adalah al-lmam al-A'zham Abu Hanifah an-Nu'man bin Tsabit bin Zuwatha al-Kufi. Beliau merupakan keturunan orang-orang Persia yang merdeka. Imam Abu Hanifah Dilahirkan sekitar tahun 80 H dan wafat pada tahun 150 H dengan usia 70 tahun. Beliau hidup di dua masa pemerintahan yang berbeda, yaitu pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Dia merupakan generasi arba' at-tabi'in, sebagian berpendapat bahwa Imam Abu Hanifah termasuk generasi tabi'in, karena beliau pernah bertemu dengan sahabat Anas bin Malik dan meriwayatkan hadits darinya

Imam Abu Hanifah termasuk ke dalam imam ahlur ra'yu yaitu ulama mazhab yang lebih banyak menggunakan akalnya dibandingkan menggunakan hadis dalam berijtihad. Beliau juga merupakan Imam Besar ahli fiqih di Iraq sekaligus pendiri madzhab Hanafi. Dalam perjalanan hidupnya, Imam Abu Hanifah pernah menjadi seorang pedagang kain di Kufah. Imam Abu Hanifah menuntut ilmu hadits dan fiqih dari ulama-ulama yang terkenal. Beliau pernaah belajar ilmu fiqih selama 18 tahun kepada Hammad bin Abi Sulaiman. Imam Abu Hanifah sangat berhati-hati dalam menerima dan menggunakan hadits. Beliau menggunakan qiyas dan istihsan secara meluas dalam melakukan istimbath. Dasar dalam madzhab Hanafi adalah Al-Qur’an, Hadis, ijma’, qiyas, dan lstihsan. Dia telah menghasilkan sebuah karya dalam bidang ilmu kalam, yaitu al-Fiqh al-Akbar. Selain itu, beliau juga memiliki al-Musnad dalam bidang hadis, namun sayangnya tidak ada penulisan beliau dalam bidang ilmu fiqih.

Adapun murid-murid dari Imam Abu Hanifah yang masyhur,yaitu:

1. Abu Yusuf Ya'qub bin Ibrahim al-Kufi (113-182 H).

Beliau adalah Qadi Besar pada masa pemerintahan al-Rasyid. Beliau berjasa dalam mengembangkan madzhab Hanafi, terutama dalam bidang penulisan mengenai kaidah-kaidah madzhab dan penyebaran pemikirannya ke seluruh dunia. Beliau merupakan seorang mujtahid mutlak.

2.Muhammad ibnul Hassan asy-Syaibani (132-789 H)

Beliau dilahirkan di Wasit,ayahnya berasal dari Harusta di Damaskus. Beliau dibesarkan di Kufah, lalu kemudian menetap di Baghdad dan wafat di Ray. Pada awalnya, beliau´belajar ilmu fiqih kepada Imam Abu Hanifah, lalu kemudian menyelesaikan pengajiannya dengan Abu Yusuf. Selain itu, beliau juga pernah belajar kepada Imam Malik bin Anas (pendiri mazhab maliki), dan pada akhirnya beliau menjadi seorang ulama fiqih di Iraq setelah Abu Yusuf. Beliau terkenal dengan kecerdikan dan ketajaman pikirnya, serta terkenal sebagai seorang mujtahid mutlak yang telah menghasilkan banyak karya guna untuk menjaga dan melestarikan madzhab Hanafi. Beliau berjasa besar dalam penulisan madzhab Hanafi. Kitabnya yang berjudul Zahir ar-Riwayat menjadi hujjah dan menjadi sumber rujukan di kalangan pengikut Madzhab Hanafi.

3. Abul Huzail, Zufar ibnul Huzail bin Qais al-Kufi (110-158 H).

Beliau Dilahirkan di Asfihan dan meninggal di Basrah. Pada awalnya, beliau cenderung ke bidang hadits (ahlul hadits), tetapi kemudian beliau lebih berminat pada bidang ar-ra'yu dan muncul sebagai seorang yang ahli dalam al-qiyas, sampai menjadi orang yang paling masyhur dalam di kalangan murid dan pengikut Imam Abu Hanifah. Beliau juga merupakan seorang mujtahid mutlak.

4. Al-Hassan bin Ziyad al-Lu'lu'i (wafat 204 H).

Pada awalnya beliau berguru kepada Imam Abu Hanifah, lalu kemudian beliau berguru kepada Abu Yusuf dan Muhammad. Beliau terkenal sebagai orang yang ahli dalam meriwayatkan hadits dan fatwa Imam Abu Hanifah. Namun, riwayatnya ini tidak bisa menandingi kitab Zahir ar-Riwayat yang dikarang oleh al-lmam Muhammad. Keahliannya dalam bidang ilmu fiqih tidaklah sampai kepada tingkatan Imam Abu Hanifah dan kedua muridnya, yaitu Abu Yusuf dan Muhammad al-Hassan asy-Syaibani.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayat-Ayat Al-Quran tentang Teknologi Modern: Menggali Hikmah dan Panduan dalam Era Digital

Dalam era modern ini, perkembangan teknologi telah membawa dampak signifikan pada kehidupan manusia. Teknologi modern seperti internet, smartphone, dan media sosial telah merubah cara kita berkomunikasi, bekerja, dan berinteraksi. Dalam menghadapi tantangan dan manfaat yang ditawarkan oleh teknologi modern, banyak orang mencari panduan moral dan etika dalam ajaran agama. Al-Quran, sebagai kitab suci umat Islam, memiliki hikmah dan pedoman yang dapat diterapkan dalam konteks teknologi modern. Dalam narasi ini, kami akan menggali ayat-ayat Al-Quran yang relevan dengan teknologi modern dan menguraikan hikmah serta panduan yang dapat diambil dari ayat-ayat tersebut. I. Pemanfaatan Teknologi untuk Pencarian Ilmu Ayat Al-Quran yang pertama yang relevan dengan teknologi modern adalah ayat yang menekankan pentingnya mencari ilmu. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Mujadalah (58:11), "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa d...

Konsep Ruang dan Waktu dalam Al-Qur'an: Perspektif Ilmiah dan Keagamaan

Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, bukan hanya merupakan panduan spiritual, tetapi juga menyediakan wawasan tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk konsep ruang dan waktu. Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang membahas tentang kebesaran Allah SWT yang meliputi dimensi ruang dan waktu. Artikel ini akan mengeksplorasi konsep ruang dan waktu dalam Al-Qur'an dari dua perspektif: ilmiah dan keagamaan. 1. Konsep Ruang dalam Al-Qur'an Dalam Al-Qur'an, Allah SWT sering disebutkan sebagai Zat Yang Maha Luas, mencerminkan pemahaman tentang dimensi ruang yang tak terbatas. Misalnya, dalam Surah Al-Baqarah (2:255), Allah berfirman: "Dan Dia meliputi langit dan bumi." Ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak terbatas oleh ruang, tetapi sebaliknya, ruang di dalam ciptaan-Nya. Konsep tentang keberadaan Allah yang melampaui dimensi ruang telah membangkitkan rasa kagum dan ketakjuban di kalangan cendekiawan Muslim. Selain itu, Al-Qur'an juga menggambarkan dimensi ...

Menggali Perspektif Islam tentang "Cewe Friendly": Pertimbangan Mengapa Mereka Tidak Ideal Sebagai Pasangan

Dalam pandangan Islam, hubungan antara pria dan wanita memiliki batasan yang jelas dan prinsip-prinsip yang diatur oleh ajaran agama. Dalam era modern ini, istilah "cewe friendly" telah menjadi populer untuk menggambarkan wanita yang sangat ramah dan akrab dengan banyak pria. Namun, dalam konteks hubungan dan pernikahan, ada beberapa alasan yang menunjukkan bahwa menjadi pasangan dengan seorang "cewe friendly" mungkin kurang baik. Artikel ini akan membahas alasan-alasan tersebut dengan merujuk pada prinsip-prinsip Islam dan pendekatan agama terhadap hubungan antara pria dan wanita. 1. Penciptaan Batasan dalam Hubungan Dalam Islam, terdapat pandangan bahwa hubungan antara pria dan wanita seharusnya didasarkan pada batasan-batasan yang jelas. Sebuah hubungan yang serius dan bertujuan menuju pernikahan seharusnya dibangun di atas dasar saling menghormati, menjaga batasan fisik dan emosional, serta berkomitmen dalam ikatan pernikahan. Wanita yang terlalu ramah dan akrab...