Langsung ke konten utama

Sejarah Singkat Pendiri Mazhab Syafi

A. Perjalanan Hidup Imam Asy-Syafi’i

Nama lengkap Imam Asyafi’I adalah Al-lmam Abu Abdullah, Muhammad bin Idris al-Qurasyi al-Hasyimi al-Muththalibi ibnul Abbas bin Utsman bin Syafi'i (rahimahullah). Nasabnya beliau bertemu dengan Rasulullah saw, yaitu dari jalur Abdu Manaf. Baliau dilahirkan di Gaza Palestina pada tahun 150 H, bertepatan dengan wafatnya Imam Abu Hanifah. Beliau wafat Mesir pada tahun 204 H, dengan usia 74 tahun. Ayahnya wafat ketia beliau berusia 2 tahun, ibunya membawa Imam asy-Syafi'i ke Mekah, dimana merupakan kampung halaman asal keluarganya. Imam asy-Syafi'i diasuh dan dibesarkan dalam keadaan yatim. Beliau sudah bisa menghafal Al-Qur'an saat usia masih kecil. beliau pernah tinggal bersama kabilah Hudzail di al-Badiyah, satu kabilah yang terkenal dengan kefasihan dalam berbahasa Arab. Imam asy-Syafi'i banyak belajar dan menghafal syair dari mereka. Imam Syafi'i merupakan seorang tokoh bahasa dan sastra Arab. Imam Asy-Syafi’I memiliki peran penting dalam mengembangkan bahasa Arab.

Imam asy-Syafi'i pernah berguru di Mekah kepada muftinya, yaitu Muslim bin Khalid al-Zanji sampai Imam asy-Syafi'i mendapatkan izin darinya untuk memberikan fatwa. Padahal pada masa itu, Imam asy-Syafi'i baru berumur kira-kira 15 tahun. Setelah itu kemudian, beliau pergi ke Madinah. Di sanalah beliau menjadi murid Imam Malik bin Anas. Beliau banyak belajar dan menghafal kitab al-Muwaththa' karya Imam Malik hanya dalam masa sembilan malam saja. Beliau juga meriwayatkan hadits dari Sufyan bin Uyainah, Fudhail bin Iyadh, dan pamannya, Muhammad bin Syafi' serta lain-lain.

Imam asy-Syafi'i lalu pergi ke Yaman, beliau kemudian melanjutkan perjalanan lagi ke Baghdad pada tahun l82 H dan ke Baghdad lagi untuk kedua kalinya pada tahun 195 H. Beliau telah mempelajari kitab fuqaha Iraq dari Muhammad ibnul Hassan. Beliau juga mengadakan pembicaraan dan bertukar pikiran dengan Muhammad ibnul Hassan. Perbincangan ini sangat menggembirakan ar-Rasyid.

Imam asy-Syafi'i pernah bertemu dengan Imam Ahmad bin Hambal, ketika di Mekah pada tahun 187 H dan di Baghdad pada tahun 195 H. beliau belajar ilmu fiqih dan usul fiqih serta ilmu nasikh dan mansukh Al-Qur'an kepada Imam asy-Syafi'i. Di Baghdad, Imam asy-Syafi'i telah menulis sebuah kitab yang bernama al-Hujjah yang mengandung isi dari mazhabnya yang qadim. Setelah itu, beliau berpindah ke Mesir pada tahun 200 H. pada saat di Mesir, kemudian lahirlah madzhab jadid-nya. Di Mesir juga beliau wafat dalam keadaan syahid karena ilmu pada akhir bulan Rajab, hari jum’at tahun 204 H. beliau dimakamkan di al-Qarafah setelah Asar pada hari yang sama.

Di antara hasil karyanya ialah Ar-Risalah, kitab ini merupakan penulisan pertama dalam bidang ilmu usul fiqih dan kitab al-Umm dalam bidang fiqih berdasarkan mazhab jadidnya. Imam asy-Syafi'i merupakan seorang mujtahid mutlak. Beliau adalah Ulama yang ahli dalam banyak bidang seperti bahasa, fiqih, hadits, dan ushul. Beliau telah berhasil meyatukan ilmu fiqih dari ulama  Hijaz dengan ulama lraq.

Sumber dari Madzhab Imam asy-Syafi'I adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah, kemudian ijma dan qiyas. Beliau tidak mengambil pendapat dari para sahabat sebagai sumber mazhabnya dan juga tidak menggunakan istihsan sebagai metode ijtihadnya.

B. Murid-murid Imam Asy-Syafi'i

Ada empat ulama yang meriwayatkan kitab lamanya, yaitu dari kalangan penduduk Iraq, yaitu Ahmad bin Hambal, Abu Tsaur, az-Za'farani, dan al-Karabisi. Di antara ualam yang paling baik riwayatannya ialah riwayat al-Za'farani.

Adapun Ulama yang meriwayatkan mazhab qaul jadid Imam asy-Syafi'i dalam al-Umm juga ada empat orang muridnya dari kalangan penduduk Mesir. Mereka adalah al-Muzani, al-Buwaiti, ar-Rabi' al-lizi dan ar-Rabi' bin Sulaiman al-Muradi, dan lain-lain. Fatwa yang terpakai dalam Madzhab Syafi'i ialah qaul iadid-nya dan bukan qaul qadim-nya, karena Imam asy-Syafi'i telah menariknya kembali dengan berkata, "Aku tidak membenarkan orang meriwayatkannya dariku." Hanya dalam beberapa masalah saja, yaitu tidak lebih dari 17 masalah yang boleh difatwakan dalam qaul qadim. Jika memang qaul qadim itu didukung oleh hadits shahih, maka itu adalah Madzhab Syafi'i. Pernah diriwayatkan bahwa asy-Syafi'i berkata, "Jika sah sesuatu hadits, maka itulah madzhabku. Oleh sebab itu kautinggalkanlah pendapatku."

Imam asy-Syafi'i mempunyai pengikut dan murid yang banyak di Hijaz, Iraq, Mesir, dan di negara-negara Islam yang lain. Secara khusus, saya akan membahas secara ringkas riwayat hidup lima orang Mesir yang telah mempelajari madzhab qaul jadid. Mereka, yaitu:

  • Yusuf bin Yahya al-Buwaithi, Abu Ya'qub. (wafat tahun 231 H). Beliau wafat di dalam penjaran Baghdad, karena fitnah mengenai pendapat bahwa Al-Qur'an adalah makhluk, kemudian beliau di masukan kedalam penjara oleh Khalifah al-Ma'mun. Imam asy-Syafi'i telah melantiknya sebagai penggantinya untuk memimpin halaqahnya. Beliau telah menghasilkan mukhtashar yang masyhur berdasarkan pendapat Imam asy-Syafi'i.
  • Abu lbrahim, Ismail bin Yahya al-Muzani wafat pada tahun 264 H). Imam asy-Syafi'i pernah berkata, "Al-Muzani adalah orang yang menolong madzhabku." Beliau telah menghasilkan banyak kitab dalam Madzhab Syafi'i. Di antaranya karyanya adalah al-Mukhtashar al-Kabir yang dinamakan sebagai al-Mabsuth dan al-Mukhtashar ash-Shaghir. Banyak ulama Khurasan, Iraq, dan Syam yang berguru kepadanya. Beliau adalah orang yang alim serta mujtahid.
  • Ar-Rabi' bin Sulaiman bin Abdul fabbar al-Muradi, Abu Muhammad (wafat tahun 270 H). Beliau merupakan muadzin di Masjid Amr ibnul Ash (masjid Fusthath). Beliau bersama Imam asy-Syafi'i dalam jangka waktu  yang cukup lama, sehinggalah dia menjadi periwayat kitab Imam asy-Syafi'i. Melalui beliau kitab ar-Risalah, al-Umm, dan kitab-kitab Imam asy-Syafi'i yang Iain sampai kepada kita.
  • Harmalah bin Yahya bin Harmalah (wafat tahun 266 H). Beliau meriwayatkan kitab-kitab Imam asy-Syafi'i yang tidak diriwayatkan oleh ar-Rabi', seperti kitab asy-Syuruth (tiga jilid) kitab as-Sunan (sepuluh jilid), kitab an-Nikah, dan kitab Alwan al-lbil wal Ghanam we Shifatihaa wa Asnaanihaa.
  • Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam (wafat tahun 268 H). Selain murid Imam asy-Syafi'i, beliau juga merupakan salah seorang murid dari Imam Malik. Orang Mesir menghormatinya dan mengakui bahwa tidak ada orang yang menyainginya. Imam asy-Syafi'i sangat mengasihinya dan sangat dekat dengannya. Beliau meninggalkan Madzhab Syafi'I dan kembali kepada Madzhab Malik, karena Imam asy-Syafi'i tidak melantiknya sebagai penggantinya untuk mengurus halaqahnya, selain itu juga karena madzhab ayahnya adalah Madzhab Malik

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayat-Ayat Al-Quran tentang Teknologi Modern: Menggali Hikmah dan Panduan dalam Era Digital

Dalam era modern ini, perkembangan teknologi telah membawa dampak signifikan pada kehidupan manusia. Teknologi modern seperti internet, smartphone, dan media sosial telah merubah cara kita berkomunikasi, bekerja, dan berinteraksi. Dalam menghadapi tantangan dan manfaat yang ditawarkan oleh teknologi modern, banyak orang mencari panduan moral dan etika dalam ajaran agama. Al-Quran, sebagai kitab suci umat Islam, memiliki hikmah dan pedoman yang dapat diterapkan dalam konteks teknologi modern. Dalam narasi ini, kami akan menggali ayat-ayat Al-Quran yang relevan dengan teknologi modern dan menguraikan hikmah serta panduan yang dapat diambil dari ayat-ayat tersebut. I. Pemanfaatan Teknologi untuk Pencarian Ilmu Ayat Al-Quran yang pertama yang relevan dengan teknologi modern adalah ayat yang menekankan pentingnya mencari ilmu. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Mujadalah (58:11), "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa d...

Konsep Ruang dan Waktu dalam Al-Qur'an: Perspektif Ilmiah dan Keagamaan

Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, bukan hanya merupakan panduan spiritual, tetapi juga menyediakan wawasan tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk konsep ruang dan waktu. Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang membahas tentang kebesaran Allah SWT yang meliputi dimensi ruang dan waktu. Artikel ini akan mengeksplorasi konsep ruang dan waktu dalam Al-Qur'an dari dua perspektif: ilmiah dan keagamaan. 1. Konsep Ruang dalam Al-Qur'an Dalam Al-Qur'an, Allah SWT sering disebutkan sebagai Zat Yang Maha Luas, mencerminkan pemahaman tentang dimensi ruang yang tak terbatas. Misalnya, dalam Surah Al-Baqarah (2:255), Allah berfirman: "Dan Dia meliputi langit dan bumi." Ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak terbatas oleh ruang, tetapi sebaliknya, ruang di dalam ciptaan-Nya. Konsep tentang keberadaan Allah yang melampaui dimensi ruang telah membangkitkan rasa kagum dan ketakjuban di kalangan cendekiawan Muslim. Selain itu, Al-Qur'an juga menggambarkan dimensi ...

Tiga Ras Manusia dari Keturunan Nabi Nuh

Ras manusia memiliki sejarah yang panjang dan kompleks, dengan beragam faktor yang membentuk keberagaman budaya, bahasa, dan karakteristik fisik di seluruh dunia. Salah satu narasi penting dalam agama-agama Samawi adalah kisah Nabi Nuh (Noah) dan banjir besar yang diutus Allah sebagai hukuman terhadap umat manusia yang telah menyimpang dari ajaran-Nya. Dalam kisah tersebut, Nabi Nuh dikatakan memiliki tiga anak: Sem, Ham, dan Yafet. Tiga anak Nabi Nuh ini dipercaya sebagai leluhur dari tiga ras manusia yang berbeda. Dalam artikel ini, kami akan mengulas lebih lanjut mengenai tiga ras manusia tersebut: Semitik, Hamitik, dan Yafetik. 1. Ras Semitik Dalam naskah agama-agama Samawi, Sem diyakini sebagai leluhur dari ras Semitik. Ras ini meliputi bangsa-bangsa di Timur Tengah seperti bangsa Ibrani (Yahudi), Arab, dan bangsa Aram. Para keturunan Sem dikenal dengan budaya yang kaya dan sejarah yang panjang. Mereka memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan agama dan bahasa di wilaya...